Sunday, May 14



Fisheries Diving Club (FDC) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara.

Acara ini akan dibuka oleh Prof. Dr. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, MSc (Rektor IPB) pada tanggal 19 Mei 2006, pukul 19.30 WIB.

Dibuka untuk umum 20 Mei - 4 Juni 2006
Pukul 09.30 - 19.30 WIB
(kecuali hari senin)

Dalam pameran tersebut juga akan digelar dialog pada tanggal 3 Juni 2006 pukul 12.00. Pembicara:

1. Prof. Dr. Rohkmin Dahuri, MSi (Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI dan Guru
Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB)
2. Dr. Ir. Budy Hascaryo Iskandar, MSi (Instruktur Selam Ilmiah FDC-IPB)
3. Oscar Matuloh (Kurator Galery Foto Jurnalistik Antara).

Dalam pameran ini FDC-IPB mendapatkan dukungan dari National Geographic Indonesia, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan Institut Pertanian Bogor

Fisheries Diving Club - IPB
Jl. Rasamala Darmaga
Gedung Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Lt. 1
Kampus IPB Darmaga Bogor
Telp. (0251) 628082. Email: fdc_ipb@hotmail.com

Sunday, May 7

pertemuan pertama merupakan perkenalan pertama dengannya, dia mengubah pandanganku terhadap suatu pemikiran, cerdas, sangat terbuka menurutku karna dia bercerita tentang hal² yang sudah dicapainya hingga masa² pacarannya pun dia ceritakan, dia pun memujiku pintar hanya karna tanggapanku terhadap RUU APP.

pertemuan kedua pun terjadi pada keesokan harinya, kita berbicara segala hal hingga aku pun merasa berbicara dengan sahabat lama. dia mulai bercerita tentang kesenangannya untuk pergi dugem, tentang kegiatannya bersama pacarnya yang sedang PTT di luar kota sampai² dia berencana untuk mengenalkan diriku ke pacarnya hanya karna ngobrol denganku asik, lucu, dan pintar tapi culun sehingga membuatnya sering tertawa dan betah untuk ngobrol denganku. satu kesamaan yang akhirnya ku ketahui bahwa ia terlahir dari 4 bersaudara (3 cowo, 1 cewe) persis sama seperti keadaan keluargaku, bedanya ia terlahir sebagai anak pertama sedangkan diriku si bungsu. dia pun tak segan² bercerita tentang kehilangan bapaknya ketika dia seumurku dia merasa belum membahagiakan bapaknya karna selalu berantem dengan alm. bapaknya, tugasku disini hanya memberikan dia support sampai² dia memujiku dewasa bagaikan seorang kaka bagi dirinya yang anak pertama.

pertemuan berikutnya tidak mengenakkan bagi diriku maupun dirinya. ketika hari itu mood-ku sedang tidak bagus dan aku menanggapi segala obrolan dengan kata² yang tidak kupikirkan akibatnya dan dia pun hanya bisa terdiam hingga membuat obrolan semakin basi. walaupun sebelum ku sempat heran karna entah pikiran darimana dia menebak bahwa diriku keturunan arab *segitunya kah pikiran orang terhadap diriku? karna terus terang saja ini bukan untuk yang pertama kalinya* setelah dia tahu bahwa aku orang minang, mulailah dia bercerita karna kerjaannya yang sebagai surveyor membuatnya pernah menapakkan kakinya di bumi ranah minang. malam mulai berganti menjadi pagi, aku pun merasa mulai mengenal dirinya yang tidak pernah merasa pintar selalu merasa bodoh hingga membuatnya tak pernah berhenti belajar *SD-SMP murid teladan propinsi, SMA tiap semester cabut hingga 60 hari tapi tetap mendapatkan ITB dan IPB tanpa tes, setelah lulus dengan nilai yang memuaskan langsung diterima kerja di sebuah perusahaan minyak. sebutan apa yang cocok baginya?* ketika tanggapan dariku mulai tak terkontrol, dia pun mulai bertanya apakah aku bt, aku tersadar bahwa tak seharusnya emosiku terlihat dengan jelas olehnya aku pun mulai untuk menjadi `anak yang baek` tetapi dia menegurku bahwa aku tak perlu berubah tetaplah dengan ciriku yang pintar, lucu, & sedikit sadis *walaupun dia mencoba bercanda karna suka makan pedes, memang becandanya agak sedikit garing, tapi aku pun tertawa* karna tidak akan menarik lagi kalau aku berubah karna orang lain.

pertemuan kali ini membuatku berpikir *sedikit* dia ingin mempelajari apa yang ku pelajari, dia ingin memiliki materi yang kudapatkan di kampus, selain tertarik membaca segala hal yang berhubungan dengan filosofi *alasannya karna bisa membuat kita lebis awa dan eling aja* dia pun suka dengan segala hal yang berhubungan dengan marketing *karna tanpa kita sadari dalam keseharian kita, kita menjalani teori tersebut. apa iya? aku pun mulai berusaha untuk mencerna* dia menilai diriku tidak bisa otodidak, ketika kujawab belajar itu tergantung mood membuatnya memujiku bahwa aku itu pintar *again! alasannya karna menurut dia ciri² orang pintar itu seperti diriku* selama ini aku tidak pernah merasa seperti itu, aku hanyalah manusia yang beruntung. dia bercerita tentang masa lalunya yang pernah merasa sombong terhadap apa pun, dia merasa bisa mendapatkan segala yang dia mau, dia pun berani di tes kapan saja hingga di suatu semester seorang dosen menyadarkannya dengan memberikan open book test dan dia pun `berhasil` mendapatkan nilai D, 3 soal dalam waktu 30 menit dia mengetahui jawabannya tetapi dia memiliki waktu yang cukup untuk menuliskannya di selembar kertas. mulai saat itu dia menyadari bahwa manusia itu tidak ada apa²nya dan tidak ada yang perlu disombongkan, sekarang dia selalu merasa bodoh dan ternyata dia comfort dengan hal itu karna lebih mudah menyerap ilmu dibanding ketika dia berada di kesombongan, hingga kini dia menjadi pribadi yang easy going dan selalu berpikir positif. pembicaraan terus berlanjut, obrolan pun kurasakan makin serius. kuterdiam ketika dia berkata

"koq jadi cetek sih logic kamu?"

lalu dia pun berlalu begitu saja. pertanyaan ku apakah emosi itu sama dengan pemikiran? merupakan hal yang berbeda atau emosi=pemikiran?
pembicaraan berakhir dengan sebuah ?

~happy birthday my dearest uda~